Tanggal 23 Maret diperingati sebagai Hari Meteorologi Sedunia. Ini sebagai peristiwa yang ditujukan untuk tingkatkan kesadaran hal keutamaan pengetahuan yang mempelajari cuaca dan atmosfer.
Agen bola terpercaya World Meteorological Day, demikian nama yang lain, diputuskan bersama-sama secara berdirinya World Meteorological Organization (WMO) pada 1950 lalu. Ini ialah tubuh khusus yang bernaung di bawah Federasi Bangsa-Bangsa (PBB).
Sama sesuai namanya, WMO bertanggungjawab mengkoordinasikan kerja-sama internasional dalam sektor meteorologi, hidrologi, dan geofisika. Terhitung, mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan dan tehnologi buat ‘meramal’ cuaca di daerah tertentu di saat kedepan.
Rutinitas memprediksikan keadaan atmosfer yang begitu, rupanya, telah exist semenjak beberapa ribu tahun lalu. Sebutlah saja orang Babilonia, yang memperkirakan cuaca dengan menyaksikan pola-pola awan pada 605 SM.
Situs agen bola Sistem prediksi cuaca kuno umumnya memercayakan penilaian pada pola-pola kejadian. Seumpama, bila warna langit warna merah saat matahari tenggelam, esok harinya diprediksi ceria.
Pengetahuan ini diturunkan dengan temurun dari 1 angkatan ke angkatan selanjutnya. Tetapi, tidak seluruhnya prediksi cuaca dengan langkah ini paling dipercaya, ingat tidak terdapat bukti secara ilmiah.
Dobrakan Telegraf, ‘Terangi’ Dunia Ramalan Cuaca
Prediksi cuaca kekinian baru memulai berkembang saat telegraf ‘muncul ke permukaan’ pada 1873. Alat ini sanggup sampaikan info tentang kondisi cuaca dalam suatu daerah secara instant.
Walau sebenarnya, saat sebelum zaman 1840-an, manusia benar-benar susah sampaikan kondisi cuaca. Pengetahuan prediksi cuaca semakin maju karena dobrakan dari tangan dingin Francis Beaufort rekanan sepekerjaannya, Robert Fitzroy.
Beaufort sebagai figur yang membuat rasio beaufort. Sementara, Fitzroy ialah figur yang meningkatkan acuan Fitzroy.
Perkembangan dalam pengetahuan meteorologi semakin melejit, sampai pucuknya terjadi pada era ke-20. Persisnya pada 1922, Lewis Fry richardson ajukan prediksi cuaca numerik, yang lalu mulai masif dipakai lewat computer pada 1955.
Sepak Libas ‘Peramal’ Cuaca di Indonesia
Sejurus dengan timbulnya telegraf pada 1840-an, penilaian meteorologi dan geofisika di Indonesia mulai berkembang. Persisnya pada 1841, seorang kepala rumah sakit di Bogor, Dokter Onnen, lakukan penilaian berdikari.
Baru pada 1866, Pemerintahan Hindia Belanda resmikan aktivitas penilaian perseorangan itu jadi sebuah lembaga namanya Magnetisch en Meteorologisch Observatorium. Instansi yang disebutkan Observatorium Magnetik dan Meteorologi itu dipegang oleh Dr. Bergsma.
Tahun untuk tahun, beragam sarana simpatisan prediksi cuaca terus dibuat. Sebutlah saja pada 1879, sekitar 74 stasiun penilaian jaringan penakar hujan dibangun di Pulau Jawa.
Pada 1912 dilaksanakan reorganisasi penilaian meteorologi dengan menambahkan jaringan sekunder. Selang tiga dasawarsa selanjutnya, atau pada periode wargaan Jepang di antara 1942 s/d 1945, nama lembaga meteorologi dan geofisika ditukar jadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah Indonesia merdeka, atau pada 1955, instansi itu kembali ke pegangan negeri ini. Namanya juga diganti jadi Jabatan Meteorologi dan Geofisika, yang lalu ganti kembali menjadi Tubuh Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sama sesuai Ketentuan Presiden Nomor 61 Tahun 2008.